Skip to main content

Cuma mau obat lambung, dikasih bonus operasi

Hai, teman-teman, Teh Nit di sini 💃

Jadi gini, aku udah beberapa kali kena asam lambung naik kan belakangan ini. 

Biasanya sih cuma sensasi terbakar di dada, nggak nyaman sebentar, terus hilang sendiri. Tapi entah kenapa, Minggu dini hari kemarin, serangannya gila-gilaan.

Ini bukan sekadar nyeri ulu hati biasa. Aku susah napas, dada panas kayak kebakar, perut mules nggak karuan. Aku sampai teriak-teriak dan nyaris pingsan. Akhirnya, harus ke IGD karena rasanya kayak mau meninggoy and I ain’t kidding. I actually asked God to kill me, just end me.

Menuju RS, malah nemuin orang…. kurang pinter yang parkir PERSIS di jalur menuju pintu UGD. Alasannya, dia gak lama-lama. Lah lu ngalangin jalan masuk IGD, bego. Gimana rasanya diteriakin MINGGIR GAK LO jam 6 pagi di parkiran sama ibu-ibu dasteran, bang? (Yeah, buat ngamukin orang aku masih ada tenaga sih)

Tapi ya udahlah, akhirnya aku masuk juga ke dalam. Dokter ngecek ini-itu, tanya beberapa pertanyaan, terus dengan santainya bilang, “Kayaknya harus rawat inap, ya.”

Sorry, what? 

Kupikir ini cuma aslam naik doang, paling mentok disuntik obat, observasi sebentar, terus pulang. Tapi ternyata tubuhku punya rencana lain. Mulailah tuh serangkaian tes darah, USG perut, dan yang paling bikin bingung, USG kehamilan. 

Dok, prestasi kebanggaan saya tahun 2024 adalah gak hamil, ngapain USG kandungan?

Ternyata, aku punya batu empedu dan mioma di rahim yang ukurannya cukup besar.

Belum selesai mikirin itu, dokternya nambahin, “Supaya nggak tumbuh mioma lagi, sebaiknya rahimnya sekalian diangkat.” 

Alias, kalau aku setuju operasi ini, aku bakal ngalamin menopause dini.

Aku ngerti sih, ini bukan hal yang bisa aku cuekin. Tapi begitu dokter nyebut kata “operasi”, otakku langsung nge-freeze.


Soalnya, aku masih trauma banget sama operasi caesar 22 tahun lalu.


Waktu itu aja udah horor banget. Tapi yang lebih parah? Rasa sakitnya setelah operasi.


Nggak cuma sakit biasa, tapi sakit banget. Kayak ada pisau panas yang ditarik pelan-pelan setiap aku gerak. 


Bangun dari tempat tidur? Tersiksa.

Ketawa? Menderita. 

Bersin? Jangan ditanya, pengen nangis.


Dan itu nggak selesai di situBertahun-tahun setelahnya, bekas jahitan masih suka nyut-nyutan tiba-tiba, kayak ada aliran listrik kecil yang nyetrum perutku. Kadang rasanya ada yang ketarik di dalam, like something is twisting itself in ways it absolutely shouldn’t. Dan kalau cuaca dingin? Bekas operasi ikut ngilu, kayak tubuhku masih inget traumanya.


Dan sekarang aku harus masuk ruang operasi lagi, sukarela?


On one hand, I know I can’t just sit on this and hope for the best. 


On the other, the mere thought of surgery again makes my stomach churn (which, to be fair, might also be the acid reflux acting up). 


And then there’s the whole early menopause thing. 


I mean, I talk about perimenopause and how I can’t wait to be in menopause all the time, but I wasn’t exactly planning to fast-track the process?


So yeah, I suppose I’ll have to bite the bullet, get those consultations done, and figure out my next move.


For now, I just need to keep my head screwed on and take things one step at a time.

Comments

Paling Banyak Dibaca

Menopause 101

Hai, teman-teman, Teh Nit di sini! 💃 Aku lagi jalanin fase yang katanya sih "normal" buat perempuan usia segini: perimenopause.  Tapi percayalah, rasanya nggak ada yang terasa normal sama sekali.  Kalau kalian bingung apa itu perimenopause (apalagi bedanya sama premenopause, menopause, atau postmenopause), tenang, aku juga dulu gitu. Yuk, kita bedah bareng-bareng, dikit dulu aja. 1. Premenopause: masa (nampak) baik-baik saja Bayangin premenopause itu kayak masa-masa pacaran sama hormon, semuanya masih stabil. Di fase ini, kita lagi produktif banget secara reproduksi. Nggak ada tanda-tanda aneh kayak siklus nggak teratur, mood swing, atau hot flashes. Ini biasanya terjadi di usia 20-an sampai 30-an. Kalau kamu lagi di sini, nikmatilah. Nikmati stabilitasnya selagi bisa wkwkwk. It’s all (for some people) smooth sailing at this stage. Premenopause juga sering kali jadi fase di mana tubuh kita sedang "prime time" secara fisik.  Tapiii jangan lupa, kebiasaan hidup yang ...

Lima hal yang aku pelajari menjelang usia lima puluh

Hai, teman-teman, Teh Nit di sini! 💃 Kalau ditanya, “Gimana rasanya mau masuk kepala lima?” aku masih suka bengong sendiri. Kok bisa, ya, umur udah segini? Rasanya baru kemarin ikutan heboh di kantor memasuki Y2K, eh sekarang lebih excited pas nemu bantal GERD.  Dulu aku pikir usia 50 itu udah masuk kategori “tua,” tapi ternyata… ya gitu deh. Aku masih merasa sama aja kayak dulu, cuma dengan lutut yang mulai protes dan metabolisme yang udah nggak bisa diajak kompromi. Sepanjang hidup hampir 50 tahun, ada banyak sekali hal yang aku dapatkan, alami dan pelajari. Agak susah narrowing it down to 5 but I supposed these are the big picture?  Sometimes we need to let the young ’uns make their own mistakes Dulu, kalau lihat anakku ngelakuin sesuatu yang obviously salah, rasanya gatal pengen bilang, “Jangan gitu deh, nanti nyesel!” atau “Udah dengerin aja, ini udah pernah kejadian sama mama dulu.” Tapi makin ke sini, aku sadar… dia juga butuh pengalaman sendiri. Sebagaimana aku dulu b...

9 hari tanpa sebat

Hai, teman-teman, Teh Nit di sini! ðŸ’ƒ Sejujurnya, kalau bukan karena opname di rumah sakit , mungkin aku nggak akan kepikiran berhenti merokok dalam waktu dekat. Bukan karena nggak mau, tapi ya… kamu tahu sendiri, kan? Rokok itu kek pasangan toxic yang udah lama banget ada dalam hidup. Kamu tahu dia nggak baik buat kamu, tapi tetap aja susah dilepasin.  Tapi ternyata, tubuh punya cara sendiri buat ‘maksa’ kita berhenti sebelum semuanya terlambat. Aku masuk rumah sakit karena salah satunya masalah lambung yang parah. Selama ini aku pikir asam lambung naik itu cuma efek dari makan telat atau kebanyakan kopi. Ternyata, rokok juga punya peran besar dalam drama ini. Konon salah satu efek nikotin adalah bikin otot di ujung kerongkongan melemah, sehingga asam lambung gampang naik. Hasilnya? Mual, nyeri dada, perut begah, dan tenggorokan terasa terbakar hampir setiap saat.  Ditambah efek karbon monoksida dari rokok yang bikin oksigen dalam darah berkurang, tubuh jadi semakin kaca...