Skip to main content

Menopause 101

Hai, teman-teman, Teh Nit di sini! 💃

Aku lagi jalanin fase yang katanya sih "normal" buat perempuan usia segini: perimenopause. 

Tapi percayalah, rasanya nggak ada yang terasa normal sama sekali. 

Kalau kalian bingung apa itu perimenopause (apalagi bedanya sama premenopause, menopause, atau postmenopause), tenang, aku juga dulu gitu. Yuk, kita bedah bareng-bareng, dikit dulu aja.

1. Premenopause: masa (nampak) baik-baik saja

Bayangin premenopause itu kayak masa-masa pacaran sama hormon, semuanya masih stabil. Di fase ini, kita lagi produktif banget secara reproduksi. Nggak ada tanda-tanda aneh kayak siklus nggak teratur, mood swing, atau hot flashes. Ini biasanya terjadi di usia 20-an sampai 30-an. Kalau kamu lagi di sini, nikmatilah.



Nikmati stabilitasnya selagi bisa wkwkwk. It’s all (for some people) smooth sailing at this stage.

Premenopause juga sering kali jadi fase di mana tubuh kita sedang "prime time" secara fisik. 

Tapiii jangan lupa, kebiasaan hidup yang kita jalani di sini, seperti pola makan, olahraga, dan manajemen stres, bisa berdampak besar ke fase-fase berikutnya. Jadi, anggap ini waktu yang pas untuk investasi kesehatan jangka panjang!

2. Perimenopause: bridezilla has nothing on you

Nah, fase ini adalah babak pemanasan menuju menopause. Biasanya mulai dari pertengahan 30-an atau awal 40-an, tapi ada juga yang lebih cepat atau lambat. 

Perimenopause itu kayak... nggak jelas maunya apa, karena hormon mulai naik-turun kayak rollercoaster. Bayangin PMS, udah? Nah coba dikali sepuluh. There you go. Hehe.

Apa aja sih gejalanya? Ini beberapa yang aku alami ya, masih banyak gejala lain yang bisa jadi gak aku alami, tapi dialami oleh yang lain. We'll tak about it later.

1. Siklus haid jadi berantakan (kadang cepat, kadang lama, kadang lupa mampir, atau malah membanjir banget).

2. Hot flashes alias rasa gerah tiba-tiba kayak ada kompor di dalam badan.

3. Cold flashes, alias tiba-tiba kedinginan kayak lagi di ruangan AC ekstrem. Talk about a thermostat gone haywire.

4. Tidur jadi susah, atau kebangun jam 2 pagi terus nggak bisa tidur lagi.

5. Mood swing parah. Bisa nangis gara-gara lihat iklan sedih, terus 10 menit kemudian marah karena suami lupa matiin lampu, dan dalam 2 menit ketawa sampe ngik ngik ngik nonton Philomena Cunk. Total emotional rollercoaster.

6. Menstruasi yang nggak konsisten: kadang deras banget sampai harus pakai menstual cup dan pembalut sekaligus, atau malah cuma flek sedikit.

Di fase ini, tubuh kita sebenarnya bilang, "Hei, aku lagi persiapan mau pensiun dari tugas reproduksi, nih." Tapi caranya sunguh dramatis. Aku sendiri masih bingung, ini badan aku lagi ngajak kompromi atau malah ngajak berantem.

Selain itu, perimenopause juga bisa berdampak ke kulit, rambut, dan energi harian. Ada hari di mana kulit terasa lebih kering, rambut rontok lebih banyak, atau tubuh terasa lebih gampang lelah. 

Jangan kaget kalau skincare routine butuh upgrade, karena perubahan ini benar-benar nyata.

3. Menopause: garis finish reproduksi

Menopause itu resmi banget, kamu baru dinyatakan "menopause" kalau sudah 12 bulan berturut-turut nggak dapat haid sama sekali. Biasanya terjadi di usia 45-55 tahun. This is the big milestone, ladies. 

Ini semacam momen "welcome to the cluuuurrrbb!" buat para perempuan yang berhasil melewati perimenopause. 

Menopause itu hanya sehari dalam hidup ya

Ibaratnya gini, kita ambil contoh salat deh.

Saat melakukan rukun salat sampai salam, itu perimenopause. Setelah salam sampai kita benar-benar selesai salat, itu menopause. Sisanya adalah post menopause.

I hope that makes sense? 😅



Setelah menopause, masuklah kita ke fase postmenopause. 

4. Post Menopause: Babak baru kehidupan

Hormon estrogen dan progesteron sudah stabil di level yang rendah, jadi gejala yang dulu heboh waktu perimenopause biasanya mulai berkurang. 

Tapi, di sini ada tantangan baru: risiko kesehatan seperti osteoporosis dan penyakit jantung bisa meningkat karena turunnya hormon. Jadi, penting banget untuk jaga pola makan, olahraga, dan kontrol ke dokter secara rutin. Health is wealth, girls, alias sakit lebih mahal dari sehat jadi mari dijaga kesehatannya.

Di fase ini, banyak perempuan merasa mendapatkan "kebebasan" baru karena nggak perlu lagi pusing soal menstruasi atau drama hormonal. Tapi, jangan lupa untuk menjaga gaya hidup sehat dan tetap aktif, karena postmenopause adalah waktu yang ideal untuk fokus ke self-care. Mulai dari yoga, traveling, sampai hobi baru, semuanya bisa jadi cara untuk menikmati hidup.

Sederhananya:
Premenopause: Hormon happy, semuanya stabil.
Perimenopause: Hormonal drama mulai.
Menopause: Hormonal drama puncak.
Postmenopause: Hormonal drama mereda, tapi harus ekstra perhatian ke kesehatan.

Aku harap penjelasan ini membantu kalian lebih ngerti soal fase-fase ini. Dan hei, nggak apa-apa kok kalau masih bingung atau cemas. Aku juga masih belajar, kok! 

Kalau kalian punya pertanyaan, cerita, atau mau curhat soal pengalaman kalian, feel free untuk sharing di kolom komentar ya. We’re all in this together, nggak ada yang sendirian. ❤️


Comments

Paling Banyak Dibaca

Lima hal yang aku pelajari menjelang usia lima puluh

Hai, teman-teman, Teh Nit di sini! 💃 Kalau ditanya, “Gimana rasanya mau masuk kepala lima?” aku masih suka bengong sendiri. Kok bisa, ya, umur udah segini? Rasanya baru kemarin ikutan heboh di kantor memasuki Y2K, eh sekarang lebih excited pas nemu bantal GERD.  Dulu aku pikir usia 50 itu udah masuk kategori “tua,” tapi ternyata… ya gitu deh. Aku masih merasa sama aja kayak dulu, cuma dengan lutut yang mulai protes dan metabolisme yang udah nggak bisa diajak kompromi. Sepanjang hidup hampir 50 tahun, ada banyak sekali hal yang aku dapatkan, alami dan pelajari. Agak susah narrowing it down to 5 but I supposed these are the big picture?  Sometimes we need to let the young ’uns make their own mistakes Dulu, kalau lihat anakku ngelakuin sesuatu yang obviously salah, rasanya gatal pengen bilang, “Jangan gitu deh, nanti nyesel!” atau “Udah dengerin aja, ini udah pernah kejadian sama mama dulu.” Tapi makin ke sini, aku sadar… dia juga butuh pengalaman sendiri. Sebagaimana aku dulu b...

9 hari tanpa sebat

Hai, teman-teman, Teh Nit di sini! ðŸ’ƒ Sejujurnya, kalau bukan karena opname di rumah sakit , mungkin aku nggak akan kepikiran berhenti merokok dalam waktu dekat. Bukan karena nggak mau, tapi ya… kamu tahu sendiri, kan? Rokok itu kek pasangan toxic yang udah lama banget ada dalam hidup. Kamu tahu dia nggak baik buat kamu, tapi tetap aja susah dilepasin.  Tapi ternyata, tubuh punya cara sendiri buat ‘maksa’ kita berhenti sebelum semuanya terlambat. Aku masuk rumah sakit karena salah satunya masalah lambung yang parah. Selama ini aku pikir asam lambung naik itu cuma efek dari makan telat atau kebanyakan kopi. Ternyata, rokok juga punya peran besar dalam drama ini. Konon salah satu efek nikotin adalah bikin otot di ujung kerongkongan melemah, sehingga asam lambung gampang naik. Hasilnya? Mual, nyeri dada, perut begah, dan tenggorokan terasa terbakar hampir setiap saat.  Ditambah efek karbon monoksida dari rokok yang bikin oksigen dalam darah berkurang, tubuh jadi semakin kaca...