Skip to main content

Kenangan lantai tanah dan martabak balas dendam

Hai, teman-teman. Teh Nit di sini! 💃

Pernah gak sih, kalau lagi ngelakuin sesuatu yang gerakannya berulang-ulang, pikiran jadi melayang ke mana-mana?

Kayak tadi pagi, pas lagi ngepel rumah, tiba-tiba pikiranku balik ke masa kecil. Waktu itu mungkin aku masih kelas 4 atau 5 SD.

Di umur segitu, aku baru tahu kalau ada orang-orang yang rumahnya pakai lantai keramik di semua ruangan. Imagine that! All tiles, everywhere!

Rumah masa kecilku beda cerita. Lantainya itu setengah semen, setengah tanah. Semen cuma ada di ruang tamu, kamar mandi, sama ruang tidur. Dan ruang tidur ini, ya, literally cuma ruangan untuk tidur. Bukan kamar tidur yang proper, tapi satu ruang besar yang dipisahin pakai gorden, lemari, atau apa aja yang bisa bikin spot buat tidur beberapa orang.

Sisanya? Lantainya tanah yang dipadatkan.



Little did I know, and I just found out later, that I was what a lot of people considered poor. Aku sih ngerasa hidup normal-normal aja, I mean I was born and grew up in such condition thus I thought so was everyone else.


Hal ini bikin aku paham juga kenapa ((( orang kaya ))) banyak yang gak sadar mereka kaya dan punya banyak privilese. They were born and raised that way. Their life is the way they know.


I was happy. I got everything I needed. My guardians (grand parents) went all the way to ensure I had what I needed, even wanted. 


On the other hand, aku ngalamin yang namanya makan siomay seporsi pakai nasi karena dijadiin lauk buat 5-6 orang, atau telur dua biji dicampur terigu sampai nyaris gak kerasa telurnya, lalu dijadikan lauk buat ramai-ramai.


Source

Again, I thought that was normal, that was enough. And it was, for me.

Then along the way and the years, I saw there is more in life than just that life. Then I often become greedy, even now. Kayak, balas dendam gitu loh. 


Gaji pertamaku, aku beli martabak dan sate ayam, aku makan sendiri sebagai camilan. Tanpa nasi. And they tasted SO GOOD. 


What’s the moral of the story if it should have one?


Yang dulu dijadiin lauk di masa kita kecil, enak banget dijadiin camilan setelah kita punya adult money.


Comments

Paling Banyak Dibaca

Menopause 101

Hai, teman-teman, Teh Nit di sini! 💃 Aku lagi jalanin fase yang katanya sih "normal" buat perempuan usia segini: perimenopause.  Tapi percayalah, rasanya nggak ada yang terasa normal sama sekali.  Kalau kalian bingung apa itu perimenopause (apalagi bedanya sama premenopause, menopause, atau postmenopause), tenang, aku juga dulu gitu. Yuk, kita bedah bareng-bareng, dikit dulu aja. 1. Premenopause: masa (nampak) baik-baik saja Bayangin premenopause itu kayak masa-masa pacaran sama hormon, semuanya masih stabil. Di fase ini, kita lagi produktif banget secara reproduksi. Nggak ada tanda-tanda aneh kayak siklus nggak teratur, mood swing, atau hot flashes. Ini biasanya terjadi di usia 20-an sampai 30-an. Kalau kamu lagi di sini, nikmatilah. Nikmati stabilitasnya selagi bisa wkwkwk. It’s all (for some people) smooth sailing at this stage. Premenopause juga sering kali jadi fase di mana tubuh kita sedang "prime time" secara fisik.  Tapiii jangan lupa, kebiasaan hidup yang ...

Lima hal yang aku pelajari menjelang usia lima puluh

Hai, teman-teman, Teh Nit di sini! 💃 Kalau ditanya, “Gimana rasanya mau masuk kepala lima?” aku masih suka bengong sendiri. Kok bisa, ya, umur udah segini? Rasanya baru kemarin ikutan heboh di kantor memasuki Y2K, eh sekarang lebih excited pas nemu bantal GERD.  Dulu aku pikir usia 50 itu udah masuk kategori “tua,” tapi ternyata… ya gitu deh. Aku masih merasa sama aja kayak dulu, cuma dengan lutut yang mulai protes dan metabolisme yang udah nggak bisa diajak kompromi. Sepanjang hidup hampir 50 tahun, ada banyak sekali hal yang aku dapatkan, alami dan pelajari. Agak susah narrowing it down to 5 but I supposed these are the big picture?  Sometimes we need to let the young ’uns make their own mistakes Dulu, kalau lihat anakku ngelakuin sesuatu yang obviously salah, rasanya gatal pengen bilang, “Jangan gitu deh, nanti nyesel!” atau “Udah dengerin aja, ini udah pernah kejadian sama mama dulu.” Tapi makin ke sini, aku sadar… dia juga butuh pengalaman sendiri. Sebagaimana aku dulu b...

9 hari tanpa sebat

Hai, teman-teman, Teh Nit di sini! ðŸ’ƒ Sejujurnya, kalau bukan karena opname di rumah sakit , mungkin aku nggak akan kepikiran berhenti merokok dalam waktu dekat. Bukan karena nggak mau, tapi ya… kamu tahu sendiri, kan? Rokok itu kek pasangan toxic yang udah lama banget ada dalam hidup. Kamu tahu dia nggak baik buat kamu, tapi tetap aja susah dilepasin.  Tapi ternyata, tubuh punya cara sendiri buat ‘maksa’ kita berhenti sebelum semuanya terlambat. Aku masuk rumah sakit karena salah satunya masalah lambung yang parah. Selama ini aku pikir asam lambung naik itu cuma efek dari makan telat atau kebanyakan kopi. Ternyata, rokok juga punya peran besar dalam drama ini. Konon salah satu efek nikotin adalah bikin otot di ujung kerongkongan melemah, sehingga asam lambung gampang naik. Hasilnya? Mual, nyeri dada, perut begah, dan tenggorokan terasa terbakar hampir setiap saat.  Ditambah efek karbon monoksida dari rokok yang bikin oksigen dalam darah berkurang, tubuh jadi semakin kaca...