Hai, teman-teman, Teh Nit di sini! 💃
Kemarin aku bawa dua kucingku ke klinik buat perawatan kutu sekaligus grooming. Dari pagi rasanya udah deg-degan aja. Klinik ini memang lebih dekat dari rumah, tapi aku belum pernah sekalipun bawa “anak-anak” ke sana. Biasanya aku main aman ke klinik langganan yang udah kenal sama mereka. Tapi karena satu dan lain hal, aku akhirnya memutuskan buat coba tempat baru ini.
Rasanya kayak campuran antara penasaran sama khawatir. Tahu kan perasaan kayak gitu? Kayak waktu mau nyobain restoran baru yang banyak direkomendasikan, tapi di sisi lain takut makanannya nggak cocok di lidah. Ya, itu aku kemarin. Bedanya, ini soal kucingku, jadi level stress-nya lebih tinggi.
![]() |
Gambar hanya pemanis |
Ngomong-ngomong, aku itu tipe orang yang gampang banget ngasih orang lain kesempatan. Mungkin terlalu gampang. Kadang aku mikir, “Ah, mungkin mereka cuma kurang pengalaman, aku kasih mereka kesempatan buat buktiin diri.” Tapi ada kalanya itu malah bikin aku rugi sendiri.
Aku tahu sifat ini nggak muncul begitu aja. Kalau ditarik ke belakang, mungkin ada kaitannya sama masa remajaku. Waktu itu, aku hampir nggak pernah dapat kesempatan kedua. Kalau bikin salah, langsung kena hukuman, keras pula. Nggak ada ruang buat belajar atau memperbaiki diri. Jadi sekarang, mungkin tanpa sadar aku berusaha ngisi kekosongan itu dengan ngasih banyak kesempatan ke orang lain. Maybe that’s a skeleton in the closet I should unpack with my therapist one of these days.
Oke balik ke cerita kucing. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Kucing-kucingku pulang dengan selamat, bersih banget, bulu-bulunya halus, dan wangi seperti baru mandi pakai sampo mahal. Sejujurnya, sebelum mereka pulang, aku sempat kepikiran: gimana kalau kliniknya nggak ramah sama hewan, atau malah mereka salah penanganan? Ada aje emang bahan overthinking tuh. Jadi begitu lihat mereka baik-baik aja, rasanya seperti habis ngelepas beban berat dari pundak.
Ngomongin soal beban, aku sendiri kayaknya lagi butuh perhatian lebih. Perutku lagi nggak beres belakangan ini. Asam lambung naik bukan sekali, bukan dua kali, tapi tiga kali dalam seminggu. Rasanya khan maen, kayak ada api di dada, terus kalau makan sedikit aja langsung mual. Kadang sampai susah napas kalau lagi parah.
Aku tahu ini jelas nggak normal. Harusnya aku udah periksa ke dokter, tapi ya, klasik aku banget, suka nunda-nunda. Selalu ada alasan, entah nggak sempat, entah “kayaknya masih bisa nahan sedikit lagi.” Tapi kalau dipikir-pikir, badan kayaknya udah kasih sinyal darurat, jadi minggu depan aku benar-benar harus sempatin buat periksa. Semoga aja aku nggak malah cari alasan lagi wkwk.
Comments
Post a Comment